Islam Mosque 2 YAYASAN KOTA AYAT: KOTA AYAT: “Memastikan” Satu Kavling di Surga
"Barangsiapa mengambil anak yatim dari kalangan Muslimin, dan memberinya makan dan minum, Allah akan memasukkannya ke surga, kecuali bila ia berbuat dosa besar yang tidak terapuni.( HR. Turmudzi)

Rabu, 29 Februari 2012

KOTA AYAT: “Memastikan” Satu Kavling di Surga



”Hah??! Emangnya bisa dipesan?”

Kebanyakan orang menumpuk harta dalam bentuk rumah mewah, tanah, dan deposito. Mereka lupa, kalau suatu ketika, semua yang dengan susah payah dikumpulkan dan dibanggakan itu, akhirnya hanya akan diwariskan atau malah jatuh ke tangan orang lain. Ketika kematian menjemput, semua ditinggalkan. Kesibukan membuat kebanyakan orang lupa untuk memesan tempat peristirahatan abadi: kavling di surga.

Sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim menyebutkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Orang yang memelihara anak yatim, maka aku (Nabi) dan dia seperti dua jari di syurga.” Isyarat ini begitu jelas. Pemelihara anak yatim mendapatkan tempat khusus bersama Nabi di surga. Nabi yang terlahir dalam kondisi yatim, merasakan pahit getir bagaimana dibesarkan tanpa kehadiran ayah dan ibu. Karena itu, siapapun ummatnya yang mau memelihara, menyantuni, dan mendidik anak yatim, Beliau menjaminnya menjadi sahabatnya di surga.

Berbekal dari pengertian inilah ide awal pendirian organisasi sosial KOTA AYAT (Kepedulian Orang Tua Asuh Untuk Anak yatim dan Terlantar) dimulai. ”Suatu ketika, seorang teman meminta saya mencarikan anak yatim di sekitar saya. Katanya, anak tersebut akan disantuni. Dengan senang hati saya carikan. Namun ternyata masing-masing anak tersebut hanya diberikan Rp 50 ribu untuk setahun,” kenang Ustadz Danu Kurnia prihatin.

Dengan jumlah itu, pikir Ketua KOTA AYAT ini, hanya akan menjadi kejutan menyenangkan sementara, tapi tidak akan mengubah nasib dari anak yatim itu seterusnya. Oleh karena itu, dalam berbagai kesempatan, pengusaha ayam goreng fried chicken dalam gerobak ini mencoba menularkan ide pemberdayaan anak yatim yang bersifat permanen. ”Syukur-syukur bisa mengantarkan dan membekali hidup mereka dengan kemampuan yang membuat mereka bisa hidup mandiri.”



Gagasan ini dimulai dengan mengedarkan kotak amal. Kotak-kotak tersebut ditempatkan di masing-masing warung, toko, pengusaha kecil, yang menjadi mitra kerja ataupun kenalannya. Mungkin sudah banyak yang menaruh kotak yang sama di pusat-pusat keramaian ataupun tempat-tempat bisnis. Namun, tegas dia, kotak yang ini berbeda. ”Dengan bersedia ditempatkan kotak, maka secara tidak langsung ia bersedia menjadi orang tua asuh. Jadi kotak ini tidak sekadar menitipkan. Karena pemilik warung/toko atau usaha punya kewajiban mengisinya,” terang alumnus pesantren Al Ittifaq, Baru Tunggul, Cibedey, Bandung.

Ia memberikan gambaran, banyak sekali pedagang mengeluarkan uang ’sia-sia’ yang tidak terasa setiap harinya. ”Dari pada buat ngasih pengamen, preman, atau ngrokok yang seharinya bisa ribuan, mendingan untuk anak yatim. Mereka senang, kita pun dapat berkahnya,” tandasnya.

Sambutan positif pun mengalir dari berbagai kalangan usahawan kecil. ”Anak yatim perlu terus diperhatikan keperluan hariannya dan pendidikannya supaya anak-anak yatim itu merasa terlindungi dan juga diperhatikan sehingga tidak putus harapan dan dapat hidup mandiri dimasa depan,” kata Ustadz Sumanto, pemilik warung mie ayam yang juga pengurus Masjid Jami’ Al Mujahidin, Kampung Baru, Kelapa Dua Wetan.

”Kalau bisa sampai penyediaan fasilitas asrama sehingga dapat dilakukan pembinaan sejak dini untuk menghasilkan SDM yang berkualitas ,” timpal H. Aliadin, pemilik warung sayur-mayur di wilayah yang sama.

Dukungan juga mengalir dari kalangan muda. ”Saya tergerak untuk bergabung dengan KOTA AYAT karena ini bentuk dari pada kesalihan sosial. Jadi bukan hanya ngerjain ibadah mahdhoh saja. Ini juga penting. Apalagi kalau nantinya kita tidak hanya memfasilitasi pendidikan, tapi juga bisa mengantarkan mereka menjadi entrepreneur (wiraswastawan),” kata Mas Teguh Priyanto, mahasiswa FMIPA UNJ, yang juga sekretaris KOTA AYAT.

Dari beberapa kali pertemuan informal dengan beberapa para pedagang, usahawan kecil, dan mitra bisnis lain, papar ustadz Danu Kurnia, kemudian disepakati untuk membentuk KOTA AYAT. Ada tiga program kerja utama: pendidikan, santunan, dan membuka lapangan kerja. ”Panti Asuhan biasanya menyediakan yang pertama dan kedua, tapi memikirkan sampai dapat pekerjaan, mungkin masih jarang,” paparnya. Dengan melihat para orang tua asuh dari kalangan usaha kecil, para pendiri KOTA AYAT, berharap setelah tamat SMP atau SMU anak-anak yatim ini bisa dimagangkan di tempat orang tua asuh, hingga mereka mendapatkan ketrampilan dan bisa dilepas sendiri.

Sampai pertengahan Desember, lanjut Ustadz Kurnia, baru tersebar kira-kira 65 kotak amal untuk Orang Tua Asuh. Ditargetkan, tahun 2009 bisa mencapai 1000 kotak. ”Kita berharap tahun depan bisa menyantuni pendidikan untuk 500 orang yatim dan terlantar,” ujarnya optimis.

Harapan mereka, bukan hanya senang melihat anak-anak yatim dan terlantar binaan kelak bisa mandiri. Tapi yang jelas, langkah ini semoga berbuah ridla Allah SWT sehingga ketika saatnya tiba berpamitan dari dunia fana: sebuah kapling surga telah dipesan untuk mereka.